Minggu, 23 Desember 2012

" Cara Berdoa Yang Baik "

Sebelum berdoa, siapkan diri kita dalam hal-hal berikut:
  1. Hadapkan hati kita langsung kepada Allah SWT. Jangan lewat siapapun atau sesuatupun. Waspadai sikap syirik, dosa yang paling besar.
  2. Siapkan hati untuk bersungguh-sungguh dalam berdoa. Camkan bahwa kita sangat membutuhkan pertolongan-Nya.
  3. Hadirkan hati kita kepada Allah SWT dengan penuh kekhusyukan.
  4. Yakinkan selalu harta, makanan, minuman dan pakaian kita didapatkan dengan cara yang halal.
  5. Luruskan niat berdoa. Jangan berdoa untuk melakukan dosa, khianat atau memutuskan silaturahim.
  6. Berpikirkan positif. Yakinlah bahwa Allah SWT akan mendengar doa kita dan akan mengabulkannya.
  7. Jika memungkinkan, usahakan mengambil air wudhu terlebih dahulu.
Cara berdoa yang -insya Allah- baik adalah sebagai berikut. Ini adalah urutan langkah paling minimal dalam berdoa:
  1. Mulailah dengan basmalah.
  2. Memujilah kepada Allah SWT. Minimal sekali ucapkan “Alhamdulillahi robbil ‘aalamiin”.
  3. Bersholawatlah untuk Rasulullah SAW.
  4. Sebutlah salah satu atau beberapa nama Allah SWT (asmaul husna) dengan santun dan penuh kerendahan hati.
  5. Lanjutkan asmaul husna tadi dengan isi permintaan kita. Akan lebih baik jika arti asmaul husna-Nya sesuai dengan isi permintaan kita. Pada langkah ini, sebaiknya juga menggunakan doa yang ada dalam Al-Qur’an atau dicontohkan Rasulullah SAW, namun jika kita tidak hafal, bisa dengan bahasa sendiri.
  6. Tutup doa dengan sholawat kembali untuk Rasulullah SAW, memuji Allah SWT sekali lagi, lalu ucapkan Amin.
Berdasarkan urutan di atas, berikut adalah contoh urutan doa paling minimal:
  1. Bismillahirrahmaanirrohiim” (dengan nama Allah yang Maha Pemurah lagi Penyayang)
  2. Alhamdulillahi robbil ‘aalamiin” (segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam)
  3. Allahumma sholli ala sayayidina Muhammad” (ya Allah, berilah keselamatan pada Rasulullah Muhammad SAW)
  4. Ya Allah ya Rozak” (ya Allah ya Maha Pemberi Rezeki)
  5. Hari ini hamba akan berdagang, mohon berilah hamba rizki yang halal dan melimpah
  6. Washollallahi ala sayyidina Muhammad, walhamdulillahi robbil ‘aalamiin, Amiin.”  (dan limpahkan keselamatan dari sisiMu pada Rasulullah Muhammad SAW, segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam, perkenankanlah doa hamba)

Selasa, 11 September 2012

ini hidupku,,

aku manusia biasa yang kadang slalu iri dengan kehidupan kalian,,
tapi bagaimana pun juga kehidupan semua orang berbeda-beda,,

aku kadang menangisi nasib ku,yang tidak sperti kalian,
tp aku berpikir sampe aku nangis darah pun hidup ku tak kan berubah tanpa usaha,,

kalian bisa mendapatkan apapun hanya dengan  satu ucapan,
tapi aku,apa yang aku inginkan aku harus berusaha keras walaupun aku harus malu,,,

aku gak nyalahin Allah,,
aku gak nyalahin orang tua ku,
aku gak nyalahin siapapun,,

aku bahagia walau harus seperti ini,
mau bagaimana lagi,
kita harus menerima dengan ikhlas,
dan berharap suatu saat nanti aku bisa melakuakan apa yang aku ingin kan,,

berbahagia lah kalian yang beruntung bisa mendapatkan apa yang kalian mau,,
jangan mersa kurang,kurang dan kurang,,
lihat lah keluar,
liat lah nasib orang-orang di sekitar kalian,,,
                                                                                                        Slalu bersyukur,,,,,,, ^__^

Selasa, 04 September 2012



INGAT KEMATIAN ADA DI DEPAN MATA KAMU
BERBUAT LAH BAIK SESUAI DENGAN PERINTAH ALLAH SWT
UANG MU JUGA UANG MEREKA YANG KURANG BERUNTUNG
BERSEDEKAHLAH BERSAMA MEREKA AGAR KAMU BISA BAHAGIA BERSAMA

JANGAN LAH KAMU BERSENANG SENANG DIATAS PENDERITAAN MEREKA
SELAGI KAMU MASIH HIDUP BERBUAT LAH YANG BAIK........ \(^,^)/

DI DUNIA INI GAK ABADI, TIDAK SELAMANYA KAMU HIDUP DIDUNIA
DUNIA ADALAH COBAAN BUAT KITA,,,,,,

Sabtu, 01 September 2012

BARENG MY BEST FRIEND

sahabat bagaikn tempatku berteduh..
bila diriku terkena air mata dalam kesedihanku,
disanalah diriku bisa berbagi dalam hidupku, yang tak pernah aku dapatkan d’tempat lain…
hanya sahabatlah yang mampu mengerti dan pahami,
apa yang sedang aku alami saat ni..




tanpa sahabat..
bagai jiwa yang terlepas dari ragaku..
membuat ragaku tak mampu bergerak dalam setiap langkahku..
persahabatan ini kan abadi..
meski d’dunia nih tak kan ada yang abadi..





Kamis, 23 Agustus 2012

Hijab

Semoga hijab menjadi 
pakaian mu
Semoga kesucian menjadi 
amalan mu
Semoga kesopanan menjadi 
perhiasan mu
Semoga syurga menjadi 
tempat mu



Perkumpulan WASTRI... (~ ^_^ )~

 




THIS MY FRIENDS...... \(^,^)/




 Kebahagian ku bersama kalian,,,tak akan pernah terlupakan teman...!!

 Aku harap persahabatan kita tak kan pernah hilang,dan akan slalu terkenang selamanya,,,

Deenee Copperfield (CiieNyonya Putratama)

Foto Profil

Diyah Ayu Saraswati (Dhie Yahh Aiug)


Icen Yuliani Denish



Putri Desy Rahmawati

Putri Desy Rahmawati

  Devhy PusSha


Minggu, 29 Juli 2012

Karakter yang Dicintai Allah

Cinta adalah kecocokan dua hati atau dua pihak. Ia tidak dapat diperintahkan atau dipaksakan. Ia hadir sebagai buah kecenderungan dan kecocokan nilai-nilai.

Cinta tidak dapat diobral dengan kata-kata. Ia harus merupakan bukti yang didasari niat baik, hati mendalam dan jiwa mulia.

Allah SWT mencintai beberapa karakter dari kepribadian seorang Muslim. Sesuai dengan dzat-Nya yang Agung, Baik, Mulia, Istimewa, dan sederat sifat baik lainnya, maka unsur-unsur kebaikan itu menjadi inti dari karakter yang dicintai Allah SWT.

Rasulullah SAW menunjukkan jalan kepada kita bahwa untuk memiliki karakter yang dicintai Allah SWT, kita harus memenuhi ketentuan berikut ini: "Katakanlah: ‘Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, maka ikutilah aku, niscaya Allah akan mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu’." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Ali Imran: 31).

Iman kepada rasul, mengikuti risalahnya, menaati perintahnya, dan menjauhi larangannya merupakan kunci menjadi pribadi yang dicintai Allah. Hal itu karena kegiatan tersebut menjadi bukti nyata kecintaan dan keberpihakan kita pada sifat-sifat keagungan, kebaikan, kemuliaan, keistimewaan dan sifat baik lainnya yang menjadi karakter asli Allah SWT.

Dalam menjawab seorang sahabat yang ingin menjadi bagian dari orang yang dicintai Allah SWT, Rasulullah SAW menyatakan, "Cintailah Apa yang dicintai oleh Allah dan rasul-Nya, dan bencilah apa yang dibenci oleh Allah dan rasul-Nya." (HR. Ahmad).

Umumnya, mereka yang memiliki karakter tersebut adalah orang-orang yang gemar berbuat baik (muhsinin), bertaubat (tawwabin), bertakwa (muttaqin) dan berserah diri (mutawakkilin) kepada Allah SWT sebagaimana tersebut dalam fiman-Nya sebagai berikut:

Pertama, "Sungguh Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebajikan." (QS. Al Baqarah: 195; QS. Ali Imran:134 dan 148; QS. Al Maidah: 13 dan 93). Muhsinin di sini adalah orang-orang yang memperbaiki terus amal salehnya, melebihi persyaratan normalnya, dan meningkatkan nilai dan substansi kebaikannya. Kebaikan mereka melebihi kebaikan rata-rata manusia dan di luar batas kemanusiaannya.

Kedua, "Sungguh Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan mensucikan diri." (QS. Al Baqarah: 222). Mereka ini dicintai Allah karena senantiasa berhasrat merubah masa lalu yang buruk menjadi baik, tidak mengulang kesalahan (dosa) dan menyegerakan diri dalam garis ketuhanan semata-mata karena takut kepada Allah dan berharap ridha-Nya.

Ketiga, "Sungguh Allah mencintai orang-orang yang bertakwa." (QS. Ali imran: 76; QS. At Taubah: 4 dan 7). Takwa adalah perisai, perhiasan dan bekal paling baik di dunia. Ketakwaan mencerminkan keimanan dan amal saleh. Iman dan amal saleh mengantarkan pelakunya ke surga.

Keempat, "Sungguh Allah mencintai orang-orang yang berserah diri." (QS. Ali Imran: 159). Berserah diri merupakan kegiatan yang senantiasa dilakukan oleh seorang mukmin setelah menyelesaikan pekerjaan dengan baik dan memenuhi semua kriteria yang diperlukan sesuai dengan kapasitasnya sebagai manusia.

Berserah diri tersebut menjadi prasyarat dihasilkannya tujuan sesuai yang diharapkan. Selanjutnya adalah kuasa Allah SWT, Dzat yang mengetahui secara pasti kegaiban yang terdapat dalam proses menuju hasil dan tujuan.
 

Senin, 23 Juli 2012

 AKU

Ya Allah...
ternyata seperti ini hidup di dunia,,
penuh dengan tantangan,
penuh dengan hinaan,
penuh dengan cacian,

hatiku menangis saat melihat begitu banyak orang yang slalu egois,slalu memandang rendah orang miskin,
di dunia ini banyak sekali orang-orang yng slalu menghormati orang kaya,
hatiku menangis ketika kejadian itu menimpa diriku,
apa ini yang dinamakan kehidupan,

ya Allah..
aku hanya ingiin manusia di dunia ini bisa menghormati satu sama lain,
tak memandang itu kaya itu miskin,
islam slalu mengajarkan kita untuk slalu bebuat baik kepada semua manusia tanpa memandang status mereka,

Ya Allah,,
bantulah aku agar aku slalu berbuat baik kepada semua orang,
bantulah aku untuk slalu rendah hati terhdap semua masalah ku,,

aku tak ingin menangis,
aku tak ingin menjadi orang yang jahat,
aku tak ingin menjadi orang sombong,
aku tak ingin menjadi orang yang iri,

aku hanya ingin menjadi orang yang slalu ingat dengan Mu Ya Allah...
 Mengobati Penyakit Iri

Secara umum penyakit yang menimpa manusia terbagi dua: penyakit lahir dan penyakit batin (penyakt fisik dan penyakit hati).Para ulama menyebutkan bahwa penyakit hati jauh lebih berbahaya daripada penyakit fisik. Hal ini dilihat dari dampak dan pengaruhnya pada manusia di dunia dan akhirat. Kalau penyakit fisik maksimal berujung pada kematian, maka dampak dari penyakit hati kalau tidak sembuh di dunia bisa terus berlanjut hingga akhirat. Karena itu, ia lebih berbahaya dan merusak ketimbang penyakit fisik.
Di antara jenis penyakit hati adalah sombong, ujub, iri, dengki, tamak, dst. Jadi di antara bentuk penyakit hati adalah iri dan dengki. Dalam bahasa Arab atau bahasa agama ia disebut dengan hasad. Hasad adalah tidak senang melihat seseorang mendapatkan nikmat serta berharap agar nikmat tersebut lenyap. Dalam hal ini hasad berbeda dengan ghibthah. Sebab, ghibthah adalah berharap mendapatkan nikmat seperti yang didapat oleh orang tanpa menginginkan harta itu lenyap dari orang tadi. Inilah iri yang baik yang disebutkan oleh Nabi saw, "Tidak boleh iri kecuali pada dua orang: (1) orang yang diberi Alquran lalu ia menunaikannya pagi dan petang; (2) orang yang diberi kekayaan lalu ia menginfakkannya secara benar di waktu pagi dan petang."
Cara mengobati penyakit iri di antaranya dengan:
1. Mengetahui bahaya hasad (iri) bagi diri dan amal salih hamba.
2. Berdoa dan berlindung kepada Allah dari penyakit hasad.
3. Tidak cinta dunia dan tidak berteman dengan para pecinta dunia.
4. Menerima, ridho, dan percaya dengan semua ketentuan Allah, termasuk dalam urusan jatah rezeki yang diberikan kepada manusia dan kepada semua makhluk. Sebab orang yang iri dalam pengertian negatif pada hakikatnya ia tidak menerima ketentuan dan jatah yang sudah Allah tetapkan. Berarti pula ia menggugat ketentuan Allah.
5. Mengharap balasan amal kepada Allah; tidak kepada manusia. Jadi kalaupun merasa kurang diapresasi di dunia oleh amal manusia, yakinlah bahwa amal kita selama itu baik akan diapresiasi oleh Allah Swt.

Shalat

 SHALAT BAGI ORANG TUA RENTA


Selama seseorang masih sadar dan tidak hilang ingatan, maka ia tetap harus melakukan shalat. Tentu saja shalat tersebut dikerjakan sesuai dengan kemampuannya. Misalnya jika memang tidak bisa ia boleh shalat dengan memakai pampers dan shalat dalam keadaan berbaring. Sebab, Allah tidak membebani seseorang di luar kemampuannya.

sementara Karib kerabat dan keluarga terdekat juga harus membantunya untuk mengerjakan kewajiban tersebut. Insya Allah kesabaran dan ketabahan mereka dalam membantu seseorang (apalagi orang tua atau keluarga sendiri) dalam melaksanakan ibadah akan mendapat ganjaran besar di sisi Allah.
Namun apabila orang yang sudah tua itu hilang ingatan dan sudah sangat pelupa sehingga tidak lagi mampu mengingat gerakan shalatnya, maka gugurlah kewajiban itu baginya. Tidak ada dosa dan tidak ada kaffarah bagi mereka yang tidak menunaikan kewajiban karena hilang ingatan dan kesadaran.


Minggu, 01 Juli 2012

KEWAJIBAN ANAK TERHADAP ORANGTUA

            Islam mengatur semua sendi-sendi kehidupan di dunia ini, agar manusia selamat di dunia dan di akherat. Suatu karunia yang tak terhingga bahwa Allah berkenan menurunkan pedoman hidup bagi manusia, agar mereka mendapatkan kebahagiaan sejati. Alangkah ruginya jika kita tidak mentaatinya. Berikut ini adalah uraian tentang bagaimana seorang anak seharusnya bersikap kepada kedua orangtuanya.

A. Ketika Orangtua Masih Hidup

1. Menaati mereka selama tidak mendurhakai Allah Ta’ala. 

Menaati kedua orangtua hukumnya wajib atas setiap muslim, sedang me
ndurhakai keduanya merupakan perbuatan yang diharamkan, kecuali jika mereka menyuruh untuk menyekutukan Allah Ta’ala (berbuat syirik) atau bermaksiat kepadaNya. Allah Ta’ala berfirman, artinya, “Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, ….” (QS.Luqman: 15). Anda juga dapat membaca hal yang sama dalam Surat Al Israa’ ayat 23-24 serta Ash Shaaffat ayat 102.
            Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Tidak ada ketaatan untuk mendurhakai Allah. Sesungguhnya ketaatan itu hanya dalam melakukan kebaikan”. (HR. Al-Bukhari)
            Adapun contoh ketaatan anak kepada orangtuanya dapat diwujudkan dalam bentuk:
a. Apabila orang tua meminta makan maka anak wajib memberikan makan.
b. Apabila orang tua butuh dilayani maka anak waji melayani.
c. Apabila orang tua membutuhkan pakaian maka anak wajib membelikannya.
d. Jika anak dipanggil maka wajib segera datang.
e. Perintah apapun asal bukan maksiat maka wajib dilaksanakan.

2. Berbakti dan merendahkan diri di hadapan kedua orangtua

Allah Ta’ala berfirman, artinya, “…dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah, ‘Wahai Rabbku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil’.” (QS. Al-Israa’: 23-24)  Anda akan mendapati ayat serupa dalam Al Baqarah ayat 83, An Nisaa’ ayat 36, Al An’aam ayat 151, Al ‘Ankabuut ayat 8, Lukman ayat 14, Al Ahqaaf ayat 15
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sungguh merugi, sungguh merugi, dan sungguh merugi orang yang mendapatkan kedua orangtuanya yang sudah renta atau salah seorang dari mereka kemudian hal itu tidak dapat memasukkannya ke dalam surga.” (HR. Muslim) .
            Di antara bakti terhadap kedua orangtua adalah menjauhkan ucapan dan perbuatan yang dapat menyakiti mereka, walaupun berupa isyarat atau dengan ucapan ‘ah’, tidak mengeraskan suara melebihi suara mereka. Rendahkanlah diri di hadapan keduanya dengan cara mendahulukan segala urusan mereka.
            Wujud lain sebagai pernyataan anak berbakti dan merendahkan diri kepada orangtuanya adalah:
a. Jangan memanggil orang tua dengan namanya.
b. Apabila berjalan tidak boleh mendahului orang tua (jika berjalan bersama).
c. Anak wajib ridho terhadap sesuatu yang terjadi / yang ada pada dirinya .
            * Sesuatu yang membuat kita senang beritahukan kepada orang tua agar senang,
                tetapi jika sesuatu membuat kita sedih jangan diberitahukan pada orang tua.

3. Berbicara lemah lembut di hadapan mereka
 
            Bergaul dengan orangtua dengan cara yang baik, antara lain adalah dengan berbicara yang lemah lembut kepada keduanya. Tawadlu (rendah hati) kepada keduanya merupakan suatu hal yang wajib  bagi anak.

4.
Menyediakan makanan untuk mereka

Hal ini juga termasuk bentuk bakti kepada kedua orang tua, terutama jika hal tersebut merupakan hasil jerih payah sendiri. Lebih-lebih jika kondisi keduanya sudah renta.
Sudah seyogyanya, mereka disediakan makanan dan minuman yang terbaik dan lebih mendahulukan mereka berdua dari pada dirinya, anaknya dan istrinya.

5. Meminta izin kepada mereka sebelum berjihad dan pergi untuk urusan lainnya.

Izin kepada orangtua diperlukan untuk jihad yang belum ditentukan (kewajibannya untuk dirinya-pent). Seorang laki-laki datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan bertanya, “Wahai Rasulullah apakah aku boleh ikut berjihad?” Beliau balik bertanya, ‘Apakah kamu masih mempunyai kedua orangtua?’ Laki-laki tersebut menjawab, ‘Masih’. Beliau bersabda, ‘Berjihadlah (dengan cara berbakti) kepada keduanya’.” (HR. al-Bukhari dan Muslim), dan masih banyak hadits yang semakna dengan hadits tersebut.

6. Memberikan nafkah kepada orangtua

            Beberapa ayat dalam Al Qur’an yang membahas tentang hal ini adalah Al Baqarah ayat 15 dan Ar Rum ayat 38. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda kepada seorang laki-laki ketika ia berkata, “Ayahku ingin mengambil hartaku”. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Kamu dan hartamu adalah milik ayahmu.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, dan Ibnu Majah).
Oleh sebab itu, hendaknya seseorang jangan bersikap bakhil (kikir) terhadap orang yang menyebabkan keberadaan dirinya, memeliharanya ketika kecil, serta telah berbuat baik kepadanya.

7. Membuat keduanya ridha dengan berbuat baik kepada orang-orang yang dicintainya.

Hendaknya seseorang membuat kedua orang tuanya ridha dengan berbuat baik kepada orang-orang yang mereka cintai. Yaitu dengan memuliakan mereka, menyambung tali silaturrahim dengan mereka, menunaikan janji-janji (orang tua) kepada mereka, dan lain sebagainya.

8. Memenuhi sumpah/Nazar kedua orangtua
Jika kedua orang tua bersumpah untuk suatu perkara tertentu yang di dalamnya tidak terdapat perbuatan maksiat, maka wajib bagi seorang anak untuk memenuhi sumpah keduanya karena hal itu termasuk hak mereka.

9. Tidak Mencaci maki kedua orangtua.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Termasuk dosa besar adalah seseorang mencaci maki orangtuanya.”
Para sahabat bertanya, ‘Ya Rasulullah, apa ada orang yang mencaci maki orangtuanya?’ Beliau menjawab, “ Ada. Dia mencaci maki ayah orang lain kemudian orang tersebut membalas mencaci maki orangtuanya. Dia mencaci maki ibu orang lain lalu orang itu membalas mencaci maki ibunya.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)
Terkadang perbuatan tersebut tidak dirasakan oleh seorang anak, dan dilakukan dengan bergurau padahal hal ini merupakan perbuatan dosa besar.

10. Mendahulukan berbakti kepada ibu daripada ayah

Seorang lelaki pernah bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, “Siapa yang paling berhak mendapatkan perlakuan baik dariku?” beliau menjawab, “Ibumu.” Lelaki itu bertanya lagi, ‘Kemudian siapa lagi?’ Beliau kembali menjawab, “Ibumu”. Lelaki itu kembali bertanya, “Kemudian siapa lagi?” Beliau menjawab, “Ibumu”. Lalu siapa lagi? Tanyanya. “Ayahmu,” jawab beliau.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)
Hadits di atas tidak bermakna lebih menaati ibu daripada ayah. Sebab, menaati ayah lebih didahulukan jika keduanya menyuruh pada waktu yang sama dan dalam hal yang dibolehkan syari’at. Alasannya, ibu sendiri diwajibkan taat kepada suaminya.
Maksud ‘lebih mendahulukan berbuat baik kepada ibu’ dalam hadits tersebut adalah bersikap lebih halus dan lembut kepada ibu daripada ayah. Sebagian Ulama salaf berkata, “Hak ayah lebih besar dan hak ibu patut untuk dipenuhi.”

11. Mendahulukan berbakti kepada kedua orang tua daripada berbuat baik kepada istri.

Di antara hadits yang menunjukkan hal tersebut adalah kisah tiga orang yang terjebak di dalam gua lalu mereka tidak bisa keluar kemudian mereka bertawasul dengan amal baik mereka, di antara amal mereka, ‘ada yang mendahulukan memberi susu untuk kedua orang tuanya, walaupun anak dan istrinya membutuhkan’. 

12. Mendoakan kedua orang tua

            Ayat Al Qur’an yang membahas tentang kewajiban anak mendoakan keduanya adalah Ibrahim ayat 41, Al Israa’ ayat 24 dan Nuh ayat 28.

13. Memelihara Orangtua

            Ayat Al Qur’an yang membahas tentang hal ini dapat anda jumpai dalam Al Israa’ ayat 23 dan Al Ahqaaf ayat 15.

B. Ketika Orangtua Telah Meninggal

            Ada suatu dialog di zaman Rasulullah. Seorang sahabat menemui Rasulullah dan menyatakan penyesalannya bahwa selama orangtuanya masih hidup ia tidak sempat berbuat baik kepada bapak-ibunya. Ia sekarang menyesal karena merasa sudah tertutup baginya untuk berbuat baik kepada bapak-ibunya. Mendengar keluhan itu Rasulullah menyatakan bahwa berbuat baik kepada kedua orangtua ada dua macam, yaitu ketika mereka masih hidup dan ketika mereka sudah meninggal dunia.
            Ada empat perkara yang dapat dilakukan oleh seorang anak untuk berbuat baik atau berbakti kepada orang tuanya, yaitu: 1) mendoakan keduanya, 2) menjaga tali silaturahmi yang telah dijaga dan dirintis oleh kedua orang tua, 3) melanjutkan kebaikkan yang selama ini dilakukan oleh keduanya, dan 4) jika memungkinkan menziarahi makam keduanya. Uraian lebih rinci adalah seperti uraian di bawah ini.

1. Mengurus jenazahnya dan banyak mendoakan keduanya, karena hal ini merupakan bakti seorang anak kepada kedua orang tuanya. Menguburkan jenazah orang muslim harus disegerakan, tidak boleh ditunda-tunda. Mungkin kita dapat menundanya untuk waktu yang tidak terlalu lama.

2. Beristighfar (memohonkan ampun kepada Allah Ta’ala) untuk mereka berdua, karena merekalah orang yang paling utama untuk didoakan agar Allah Ta’ala mengampuni dosa-dosa mereka dan menerima amal baik mereka.

3. Menunaikan janji dan wasiat kedua orang tua yang belum terpenuhi semasa 
hidup mereka yang sesuai dengan syariat, dan melanjutkan amal-amal baik yang pernah mereka kerjakan selama hidup mereka. Sebab, pahala akan terus mengalir kepada mereka berdua apabila amal baik tersebut dilanjutkan.

4. Memuliakan teman atau sahabat dekat kedua orang tua, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda, “Sesungguhnya bakti anak yang terbaik adalah seorang anak yang menyambung tali persahabatan dengan keluarga teman ayahnya setelah ayahnya meninggal”. (HR. Muslim)

5. Menyambung tali silaturrahim dengan kerabat Ibu dan Ayah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Barang siapa yang ingin menyambung silaturrahim ayahnya yang ada dikuburannya, maka sambunglah tali silaturrahim dengan saudara-saudara ayahnya setelah ia meninggal”.
(HR. Ibnu Hibban).

6. Mendoakan kedua orangtua
            Dalam sebuah hadist, Rasulullah bersabda bahwa sesungguhnya ketika seorang hamba meninggal dunia maka putuslah segala amalnya kecuali: a) ilmu yang bermanfaat, b) amal jariyah, c) anak sholeh yang mendoakan keduanya.
            Pengertian anak dalam hadist ini bukan sekadar anak kandung, tetapi juga anak tiri, anak angkat, atau anak muslim. Jadi bagi mereka yang tidak ada mempunyai anak kandung tidak usah khawatir. Agar anak itu mendoakan orangtua  baik ketika hidup maupun sudah meninggal, maka tentu saja orangtua harus menunaikan kewajibannya sebagai orangtua. Bukankah ketika kita berdoa, kita diajarkan untuk mendoakan diri sendiri, orangtua dan kaum muslimin.

7. Membayarkan hutang-hutang keduanya
            Hutang adalah salah satu hal yang harus segera ditunaikan ketika kita mampu membayarkan. Tidak boleh ditunda-tunda. Oleh sebab itu, jika kita mengetahui orangtua kita meninggalkan hutang segera kita melunasinya jika kita mampu.

            Ada dua perbuatan yang negatif yang akan segera dibalas oleh Allah di dunia. Salah satu diantaranya adalah durhaka kepada kedua orangtua. Agar kita terhindar dari perbuatan itu maka ada baiknya kita memahami bentuk-bentuk durhaka kepada orangtua.

Diantara bentuk bentuk durhaka (uquq) adalah:
            a. Menimbulkan gangguan terhadap orang tua baik berupa perkataan (ucapan)
                ataupun perbuatan yang membuat orang tua sedih atau sakit hati.
            b. Berkata ‘ah’ dan tidak memenuhi panggilan orang tua
            c. Membentak atau menghardik orang tua
            d. Melaknak dan mencaci kedua orang tua
            e. Bakhil (pelit) tidak mengurusi orang tuanya bahkan lebih mementingkan yang
                lain dari pada mengurusi orang tuanya padahal orang tuanya sangat
                membutuhkan. Seandainya memberi nafkah pun, dilakukan dengan penuh
                perhitungan.
            f. Bermuka masam dan cemberut dihadapan orang tua, merendahkan orang tua,
                mengatakan bodoh, kolot, dll
            g. Menyuruh orang tua
            h. Menyebutkan kejelekan orang tua di hadapan orang banyak atau mencemarkan
                nama baik orang tua
            i. Memasukkan kemungkaran ke dalam rumah, misalnya alat musik, menghisap
                rokok, dll.
           
j. Mendahulukan taat kepada istri daripada orang tua. Bahkan ada sebagian
                  orang dengan teganya mengusir ibunya demi menuruti kemauan istrinya,
                  na’udzubillah.
            k. Malu mengakui orang tuanya. Sebagian orang merasa malu dengan
                  keberadaan orang tua dan tempat tinggalnya ketika status sosialnya
                  meningkat. Tidak diragukan lagi, sikap semacam ini adalah sikap yang amat
                  tercela, bahkan termasuk kedurhakaan yang keji dan nista.
            Sebab sebab anak durhaka kepada orang tua adalah :
            1. Karena kebodohan
            2. Jeleknya pendidikan orang tua dalam mendidik anak
            3. Paradok, orang tua menyuruh anak berbuat baik tapi orang tua tidak berbuat
            4. Bapak dan ibunya dahulu pernah durhaka kepada orang tua sehingga dibalas
                oleh anaknya
            5. Orang tua tidak membantu anak dalam berbuat kebajikan
            6. Jeleknya akhlak istri