KEWAJIBAN
ANAK TERHADAP ORANGTUA
Islam mengatur
semua sendi-sendi kehidupan di dunia ini, agar manusia selamat di dunia dan di
akherat. Suatu karunia yang tak terhingga bahwa Allah berkenan menurunkan
pedoman hidup bagi manusia, agar mereka mendapatkan kebahagiaan sejati.
Alangkah ruginya jika kita tidak mentaatinya. Berikut ini adalah uraian tentang
bagaimana seorang anak seharusnya bersikap kepada kedua orangtuanya.
A. Ketika Orangtua
Masih Hidup
1. Menaati
mereka selama tidak mendurhakai Allah Ta’ala.
Menaati kedua orangtua hukumnya wajib atas setiap muslim, sedang mendurhakai keduanya merupakan perbuatan yang
diharamkan, kecuali jika mereka menyuruh untuk menyekutukan Allah Ta’ala
(berbuat syirik) atau bermaksiat kepadaNya. Allah Ta’ala berfirman, artinya,
“Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang
tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya,
dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, ….” (QS.Luqman: 15). Anda juga
dapat membaca hal yang sama dalam Surat Al Israa’ ayat 23-24 serta Ash Shaaffat
ayat 102.
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Tidak ada ketaatan untuk mendurhakai
Allah. Sesungguhnya ketaatan itu hanya dalam melakukan kebaikan”. (HR.
Al-Bukhari)
Adapun contoh ketaatan anak kepada orangtuanya dapat diwujudkan dalam bentuk:
a. Apabila orang tua meminta makan maka
anak wajib memberikan makan.
b. Apabila orang tua butuh dilayani maka anak waji melayani.
c. Apabila orang tua membutuhkan pakaian maka anak wajib membelikannya.
d. Jika anak dipanggil maka wajib segera datang.
e. Perintah apapun asal bukan maksiat maka wajib dilaksanakan.
2. Berbakti dan merendahkan diri di
hadapan kedua orangtua
Allah Ta’ala berfirman, artinya, “…dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu
bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau
kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali
janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu
membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan
rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan
ucapkanlah, ‘Wahai Rabbku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua
telah mendidik aku waktu kecil’.” (QS. Al-Israa’: 23-24) Anda akan
mendapati ayat serupa dalam Al Baqarah ayat 83, An Nisaa’ ayat 36, Al An’aam
ayat 151, Al ‘Ankabuut ayat 8, Lukman ayat 14, Al Ahqaaf ayat 15
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sungguh merugi, sungguh
merugi, dan sungguh merugi orang yang mendapatkan kedua orangtuanya yang sudah
renta atau salah seorang dari mereka kemudian hal itu tidak dapat memasukkannya
ke dalam surga.” (HR. Muslim) .
Di antara
bakti terhadap kedua orangtua adalah menjauhkan ucapan dan perbuatan yang dapat
menyakiti mereka, walaupun berupa isyarat atau dengan ucapan ‘ah’, tidak
mengeraskan suara melebihi suara mereka. Rendahkanlah diri di hadapan keduanya
dengan cara mendahulukan segala urusan mereka.
Wujud lain sebagai pernyataan anak berbakti dan merendahkan diri kepada orangtuanya
adalah:
a. Jangan memanggil orang tua dengan namanya.
b. Apabila berjalan tidak boleh
mendahului orang tua (jika berjalan bersama).
c. Anak wajib ridho terhadap sesuatu
yang terjadi / yang ada pada dirinya .
* Sesuatu
yang membuat kita senang beritahukan kepada orang tua agar senang,
tetapi jika sesuatu membuat kita sedih jangan
diberitahukan pada orang tua.
3. Berbicara lemah lembut di hadapan
mereka
Bergaul dengan orangtua dengan cara yang baik, antara lain adalah dengan
berbicara yang lemah lembut kepada keduanya. Tawadlu (rendah hati) kepada
keduanya merupakan suatu hal yang wajib bagi anak.
4. Menyediakan makanan untuk mereka
Hal ini juga termasuk bentuk bakti kepada kedua orang tua, terutama jika hal
tersebut merupakan hasil jerih payah sendiri. Lebih-lebih jika kondisi keduanya
sudah renta.
Sudah seyogyanya, mereka disediakan makanan dan minuman yang terbaik dan lebih
mendahulukan mereka berdua dari pada dirinya, anaknya dan istrinya.
5. Meminta izin kepada mereka sebelum berjihad dan pergi untuk urusan lainnya.
Izin kepada orangtua diperlukan untuk jihad yang belum ditentukan (kewajibannya
untuk dirinya-pent). Seorang laki-laki datang kepada Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam dan bertanya, “Wahai Rasulullah apakah aku boleh ikut
berjihad?” Beliau balik bertanya, ‘Apakah kamu masih mempunyai kedua orangtua?’
Laki-laki tersebut menjawab, ‘Masih’. Beliau bersabda, ‘Berjihadlah (dengan
cara berbakti) kepada keduanya’.” (HR. al-Bukhari dan Muslim), dan masih banyak
hadits yang semakna dengan hadits tersebut.
6. Memberikan nafkah kepada orangtua
Beberapa
ayat dalam Al Qur’an yang membahas tentang hal ini adalah Al Baqarah ayat 15
dan Ar Rum ayat 38. Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam pernah bersabda kepada seorang laki-laki ketika ia berkata, “Ayahku
ingin mengambil hartaku”. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Kamu dan
hartamu adalah milik ayahmu.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, dan Ibnu Majah).
Oleh sebab itu, hendaknya seseorang jangan bersikap bakhil (kikir) terhadap
orang yang menyebabkan keberadaan dirinya, memeliharanya ketika kecil, serta
telah berbuat baik kepadanya.
7. Membuat keduanya ridha dengan berbuat baik kepada orang-orang yang
dicintainya.
Hendaknya seseorang membuat kedua orang tuanya ridha dengan berbuat baik kepada
orang-orang yang mereka cintai. Yaitu dengan memuliakan mereka, menyambung tali
silaturrahim dengan mereka, menunaikan janji-janji (orang tua) kepada mereka,
dan lain sebagainya.
8. Memenuhi sumpah/Nazar kedua orangtua
Jika kedua orang tua bersumpah untuk suatu perkara tertentu yang di dalamnya
tidak terdapat perbuatan maksiat, maka wajib bagi seorang anak untuk memenuhi
sumpah keduanya karena hal itu termasuk hak mereka.
9. Tidak Mencaci maki kedua orangtua.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Termasuk dosa besar adalah
seseorang mencaci maki orangtuanya.” Para sahabat bertanya, ‘Ya
Rasulullah, apa ada orang yang mencaci maki orangtuanya?’ Beliau menjawab, “
Ada. Dia mencaci maki ayah orang lain kemudian orang tersebut membalas mencaci
maki orangtuanya. Dia mencaci maki ibu orang lain lalu orang itu membalas
mencaci maki ibunya.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)
Terkadang perbuatan tersebut tidak dirasakan oleh seorang anak, dan dilakukan
dengan bergurau padahal hal ini merupakan perbuatan dosa besar.
10. Mendahulukan berbakti kepada ibu daripada ayah
Seorang lelaki pernah bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam,
“Siapa yang paling berhak mendapatkan perlakuan baik dariku?” beliau menjawab,
“Ibumu.” Lelaki itu bertanya lagi, ‘Kemudian siapa lagi?’ Beliau kembali
menjawab, “Ibumu”. Lelaki itu kembali bertanya, “Kemudian siapa lagi?” Beliau
menjawab, “Ibumu”. Lalu siapa lagi? Tanyanya. “Ayahmu,” jawab beliau.” (HR.
al-Bukhari dan Muslim)
Hadits di atas tidak bermakna lebih menaati ibu daripada ayah. Sebab, menaati
ayah lebih didahulukan jika keduanya menyuruh pada waktu yang sama dan dalam
hal yang dibolehkan syari’at. Alasannya, ibu sendiri diwajibkan taat kepada
suaminya.
Maksud ‘lebih mendahulukan berbuat baik kepada ibu’ dalam hadits tersebut
adalah bersikap lebih halus dan lembut kepada ibu daripada ayah. Sebagian Ulama
salaf berkata, “Hak ayah lebih besar dan hak ibu patut untuk dipenuhi.”
11. Mendahulukan berbakti kepada kedua orang tua daripada berbuat baik kepada
istri.
Di antara hadits yang menunjukkan hal tersebut adalah kisah tiga orang yang
terjebak di dalam gua lalu mereka tidak bisa keluar kemudian mereka bertawasul
dengan amal baik mereka, di antara amal mereka, ‘ada yang mendahulukan memberi
susu untuk kedua orang tuanya, walaupun anak dan istrinya membutuhkan’.
12. Mendoakan
kedua orang tua
Ayat Al Qur’an yang membahas tentang kewajiban anak mendoakan keduanya adalah Ibrahim
ayat 41, Al Israa’ ayat 24 dan Nuh ayat 28.
13. Memelihara
Orangtua
Ayat Al Qur’an yang membahas tentang hal ini dapat anda jumpai dalam Al Israa’
ayat 23 dan Al Ahqaaf ayat 15.
B. Ketika
Orangtua Telah Meninggal
Ada suatu dialog di zaman Rasulullah. Seorang sahabat menemui Rasulullah dan
menyatakan penyesalannya bahwa selama orangtuanya masih hidup ia tidak sempat
berbuat baik kepada bapak-ibunya. Ia sekarang menyesal karena merasa sudah
tertutup baginya untuk berbuat baik kepada bapak-ibunya. Mendengar keluhan itu
Rasulullah menyatakan bahwa berbuat baik kepada kedua orangtua ada dua macam,
yaitu ketika mereka masih hidup dan ketika mereka sudah meninggal dunia.
Ada empat perkara yang dapat dilakukan oleh seorang anak untuk berbuat baik
atau berbakti kepada orang tuanya, yaitu: 1) mendoakan keduanya, 2) menjaga
tali silaturahmi yang telah dijaga dan dirintis oleh kedua orang tua, 3)
melanjutkan kebaikkan yang selama ini dilakukan oleh keduanya, dan 4) jika
memungkinkan menziarahi makam keduanya. Uraian lebih rinci adalah seperti
uraian di bawah ini.
1. Mengurus
jenazahnya dan banyak mendoakan keduanya, karena hal ini merupakan bakti
seorang anak kepada kedua orang tuanya. Menguburkan jenazah orang muslim harus
disegerakan, tidak boleh ditunda-tunda. Mungkin kita dapat menundanya untuk
waktu yang tidak terlalu lama.
2. Beristighfar (memohonkan ampun kepada Allah Ta’ala) untuk mereka berdua,
karena merekalah orang yang paling utama untuk didoakan agar Allah Ta’ala mengampuni
dosa-dosa mereka dan menerima amal baik mereka.
3. Menunaikan janji dan wasiat kedua orang tua yang belum terpenuhi semasa
hidup mereka yang sesuai dengan syariat, dan melanjutkan amal-amal baik yang
pernah mereka kerjakan selama hidup mereka. Sebab, pahala akan terus mengalir
kepada mereka berdua apabila amal baik tersebut dilanjutkan.
4. Memuliakan teman atau sahabat dekat kedua orang tua, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam pernah bersabda, “Sesungguhnya bakti anak yang terbaik adalah
seorang anak yang menyambung tali persahabatan dengan keluarga teman ayahnya
setelah ayahnya meninggal”. (HR. Muslim)
5. Menyambung tali silaturrahim dengan kerabat Ibu dan Ayah. Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Barang siapa yang ingin menyambung
silaturrahim ayahnya yang ada dikuburannya, maka sambunglah tali silaturrahim
dengan saudara-saudara ayahnya setelah ia meninggal”. (HR. Ibnu Hibban).
6. Mendoakan kedua orangtua
Dalam sebuah hadist, Rasulullah bersabda bahwa sesungguhnya ketika seorang
hamba meninggal dunia maka putuslah segala amalnya kecuali: a) ilmu yang
bermanfaat, b) amal jariyah, c) anak sholeh yang mendoakan keduanya.
Pengertian anak dalam hadist ini bukan sekadar anak kandung, tetapi juga anak
tiri, anak angkat, atau anak muslim. Jadi bagi mereka yang tidak ada mempunyai
anak kandung tidak usah khawatir. Agar anak itu mendoakan orangtua baik
ketika hidup maupun sudah meninggal, maka tentu saja orangtua harus menunaikan
kewajibannya sebagai orangtua. Bukankah ketika kita berdoa, kita diajarkan
untuk mendoakan diri sendiri, orangtua dan kaum muslimin.
7. Membayarkan hutang-hutang keduanya
Hutang adalah salah satu hal yang harus segera ditunaikan ketika kita mampu
membayarkan. Tidak boleh ditunda-tunda. Oleh sebab itu, jika kita mengetahui
orangtua kita meninggalkan hutang segera kita melunasinya jika kita mampu.
Ada dua perbuatan yang negatif yang akan segera dibalas oleh Allah di dunia.
Salah satu diantaranya adalah durhaka kepada kedua orangtua. Agar kita
terhindar dari perbuatan itu maka ada baiknya kita memahami bentuk-bentuk
durhaka kepada orangtua.
Diantara bentuk bentuk durhaka (uquq)
adalah:
a.
Menimbulkan gangguan terhadap orang tua baik berupa perkataan (ucapan)
ataupun perbuatan yang membuat orang tua sedih atau
sakit hati.
b. Berkata
‘ah’ dan tidak memenuhi panggilan orang tua
c. Membentak
atau menghardik orang tua
d. Melaknak
dan mencaci kedua orang tua
e. Bakhil
(pelit) tidak mengurusi orang tuanya bahkan lebih mementingkan yang
lain dari pada mengurusi orang tuanya padahal orang tuanya
sangat
membutuhkan. Seandainya
memberi nafkah pun, dilakukan dengan penuh
perhitungan.
f. Bermuka
masam dan cemberut dihadapan orang tua, merendahkan orang tua,
mengatakan bodoh, kolot, dll
g. Menyuruh
orang tua
h.
Menyebutkan kejelekan orang tua di hadapan orang banyak atau mencemarkan
nama baik orang tua
i.
Memasukkan kemungkaran ke dalam rumah, misalnya alat musik, menghisap
rokok, dll.
j. Mendahulukan taat kepada
istri daripada orang tua. Bahkan
ada sebagian
orang dengan teganya mengusir ibunya demi
menuruti kemauan istrinya,
na’udzubillah.
k. Malu
mengakui orang tuanya. Sebagian orang merasa malu dengan
keberadaan orang tua dan tempat tinggalnya
ketika status sosialnya
meningkat. Tidak diragukan lagi, sikap semacam
ini adalah sikap yang amat
tercela, bahkan termasuk kedurhakaan yang keji
dan nista.
Sebab sebab anak durhaka kepada orang tua adalah :
1. Karena
kebodohan
2. Jeleknya
pendidikan orang tua dalam mendidik anak
3. Paradok,
orang tua menyuruh anak berbuat baik tapi orang tua tidak berbuat
4. Bapak dan
ibunya dahulu pernah durhaka kepada orang tua sehingga dibalas
oleh anaknya
5. Orang tua
tidak membantu anak dalam berbuat kebajikan
6. Jeleknya
akhlak istri